Kerajaan bawahan dari Pajajaran tersebut adalah Kerajaan Dolog dan sampai sekarang masih ada bekasnya menjadi Kampung Cidolog. Dinamakan demikian karena kampung itu dilewati oleh sungai Cidolog yang dulunya merupakan mata air yang memancar dari Kerajaan Dolog dan bermuara di Pantai Selatan.
Keberadaan sungai ini menjadi sangat mistis dan dikeramatkan karena sungai ini terdapat sebuah air terjun atau curug yang bernama Curug Caweni. Dinamakan Caweni karena di tengah air terjun tersebut terdapat sebuah batu berbentuk patung atau arca yang menyerupai sosok seorang perempuan.
Legenda Kampung Segaranten
Masyarakat Kampung Cidolog banyak yang tahu dari cerita nenek moyang tentang keberadaan Caweni secara turun temurun. Konon pada zaman dahulu, ada seorang puteri dari keraton Pajajaran yang dituduh telah berbuat buruk dengan sebab musabab yang tidak diketahui. Karena keberanian yang kuat dari puteri tersebut, ia memilih untuk pergi tanpa tujuan dibandingkan harus mengakui perbuatan buruk yang tidak pernah ia lakukan.Selama perjalanan, putri Pajajaran tersebut sampailah di kampung yang bernama Cidolog dan mulai menetap di sana. Karena parasnya yang cantik jelita, banyak sekali para pemuda yang tertarik kepadanya. Namun tak seorang pun pemuda berani mendekatinya, apalagi merayunya karena mereka telah mengetahui asal usul putri tersebut dengan sebenarnya.
Selain itu, putri tersebut memiliki suatu kelebihan berupa kesaktian yang dapat mengeringkan sungai atau segara.
Pada suatu hari ia mengeringkan sebuah segara dan dari dasarnya banyak terdapat intan permata sehingga orang-orang yang melihatnya langsung saling berebut untuk mengambilnya. Kejadian itu akhirnya mulai tersebar di seluruh kampung dan menjadi bahan perbincangan setiap orang.
Karena kejadian aneh tersebut, akhirnya daerah yang banyak terdapa emas dan intan permatanya itu dinamakan Segaranten yang diambil dari kata Segara dan Intan dan sekarang menjadi sebuah kecamatan bagian dari wilayah Sukabumi.
Asal Muasal Batu Koneng Sagaranten Sukabumi
Pada zaman Pajaran dulu, hiduplah seorang putri cantik yang menjadi penunggu gaib di kawasan Segaranten yang bernama Putri Caweni. Anehnya, meskipun sang putri ini berparas cantik, namun tak ada satu pun pria yang bersedia menikahinya. Alasannya adalah diketahui bahwa di dalam perur sang putri terdapat seekor ular gaib yang sangat mematikan, sehingga laki-laki yang menikah dengannya dipastikan akan meninggal dunia akibat digigit ular tersebut.Ular yang terdapat dalam putri Caweni tersebut menyebarkan racun yang mematikan, jadi tak heran kalau Putri Caweni yang telah menikah sebanyak 99 kali tersebut masih dalam keadaan perawan. Konon, setiap saat disentuh oleh suaminya, si suami langsung meninggal dunia akibat digigit ular berbisa yang ada dalam perut Putri Caweni.
Lama kelamaan, Putri Caweni akhirnya meninggalkan kampung kelahirannya. Sebelum ia pergi, ia membawa turut serta hewan peliharaannya yaitu:
- Itik atau meri.
- Anjing.
- Tempat tidurnya (kasur).
Sang puteri berjalan terus menyusuri aliran sungai tanpa tujuan yang pasti dan konon akhirnya berubah menjadi batu. Dan batu inilah yang menancap dengan kokoh di bawah guyuran air terjun. Batu tersebut bentuknya mirip orang yang sedang berdoa. Sejak peristiwa itu, kawasan itu dikenal sangat angker.
Selain sering terjadi peristiwa gaib, banyak tumbal manusia yang melayang di tempat ini.
Setelah berubah menjadi batu, Sang Putri menunjukkan kesaktiannya dengan menyulap kawasan Segaranten dan Cidolog menjadi lautan emas dan intan permata. Kini masyarakat setempat percaya bahwa batu Koneng yang banyak terdapat di daerah itu merupakan warisan dari Putri Caweni.
Keistimewaan Batu Koneng
Batu koneng banyak diminati masyarakat pecinta batu akik di nusantara karena batu koneng ini harganya setara dengan emas. Di pasaran, sebongkah batu koneng dihargai sepuluh juta rupiah untuk satu kilo gramnya. Sedangkan harga batu akik yang sudah jadi bisa mencapai puluhan juta rupiah bahkan hingga miliaran rupiah.sumber: liberty