Jumat, 30 Januari 2015

Darimana Layang-Layang Berasal

Siapa yang tak tahu tentang permainan yang satu ini, bukan saja anak-anak yang gemar memainkannya, orang dewasa pun sangat menyukainya. Tak heran bila sering diadakan festival layang-layang di berbagai daerah.


Layang-layang atau layangan atau sebagian wilayah menyebutnya wau (di sebagaian wilayah Semenanjung Malaya) adalah merupakan lembaran berbahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan oleh pengendali. Selain sebagai mainan, layang-layang memiliki manfaat lain yang lebih berguna untuk manusia.



Layang-layang ini memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai pengangkatnya. Benda yang satu ini, dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, alat bantu memancing atau menjerat, bisa juga menjadi alat bantu penelitian ilmiah serta media energi alternatif.

Siapa yang tak tahu tentang permainan yang satu ini, bukan saja anak-anak yang gemar memainkannya, orang dewasa pun sangat menyukainya. Dari Cina terus menyebar ke barat hingga ke Eropa.

Berawal dari Cina


Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang merupakan dokumen dari Cina sekitar 2500 sebelum masehi.




Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke 21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawaasan nusantara.

Di duga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi Cina dan nusantara karena di nusantara banyak ditmukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan.


Dikawasan nusantara sendiri, catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) pada abad ke 17 yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.

Dari Cina, permainan layang-layang menyebar ke barat hingga kemudian populer di eropa. Layang-layang terkenal adalah layang-layang yang dipakai Benjamin Franklin ketika tengan mempelajari petir.