Terjadinya rentetan pemberontakan tersebut memang menggoyahkan sendi-sendi persatuan bangsa. Hamun dengan dilandasi oleh rasa nasionalisme dan semangat persatuan dan kesatuan, para pemimpin bangsa mampu mengatasi hambatan dan tangtangan tersebut.
Contohnya saja pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi pada tahun 1958.
Karena kecewa terhadap berbagai kebijakan pemerintah pusat, maka pada tanggal 15 Februari 1958, ketua Dewan Banteng, Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai perdana menterinya.
Dibentuknya PRRI oleh tokoh-tokoh Dewan Banteng tersebut menandai meletusnya pemberontakan PRRI di Sumatera.
Pembentukan PRRI di Sumatera segera mendapat sambutan di Indonesia bagian timur. Pada tanggal 17 Februari 1958, Letnan Kolonel D.J. Somba, komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah mulai memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan menyatakan mendukung sepenuhnya gerkan PRRI.